Cerpen Fanfiction
Selamat sore ! Bawa fanfiction lagi tapi belum dikasih judul, bingung katanya :3
Namaku Sasha Braus. Seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas tiga sekolah tingkat atas. Jika kau bertanya apa hobiku, maka jawabannya adalah hanya ada tiga yaitu makan, menjelajahi internet dan tidur. Dari apa yang kusebutkan tadi, pastilah kau mencapku sebagai gadis pemalas. Kan ? I don't care. Kau bahkan baru mengenalku, teman.
Sore ini rumahku begitu senyap. Ini dikarenakan kedua orangtuaku sedang tida ada di rumah. Mereka pergi menghadiri acara makan malam yang entah dimana karena ak,u tak ingin tahu.
Aku menghela nafas bosan, makan sudah, menonton televisi tak ada acara yang membuatku tertarik, tidur sudah kulakukan tadi. Maka jalan satu-satunya adalah menjelajahi internet!
Aku anak tunggal jadi pantas saja jika aku sering merasa kesepian apabila kedua orangtuaku sedang bepergian seperti ini. Dan yah ... aku bukan gadis yang hobi bermain bersama kawan di luar. Alasannya hanya satu; tak ada yang asyik.
Aku menscroll kursorku ke bawah; melihat berbagai postingan teman dunia mayaku; facebook. Tak ada yang menarik sejauh ini. Hanya berisi tentang status galau para remaja alay dan trend-trend yang tak kumengerti. Hah! Membosankan!
'Hello, Sha!'
Aku sedikit terkejut mendapat pesan chat dari seseorang. Seorang sahabat dunia maya yang telah lama kukenal.
''Jean Kirstein..." gumamku tanpa sadar. Ah, apa boleh aku sedikit bercerita sekarang?
Jean adalah sahabat terjauhku. Kami bersahabat sejak tahun 2011. Waktu itu aku ingat, tahun itulah pertama kali aku memiliki akun facebook sekaligus mengenal Jean.
Umur kami hanya beda lima tahun. Jika sekarang aku berumur 17 maka umur Jean 22 tahun. Terntu saja jika pertama aku mengenalnya umurku dapat dikatakan masih kecil, tidak seperti sekarang.
Jean merupakan warga negara Prancis sedangkan aku sendiri berada di Jepang meski darahku bukan asli Jepang. Awalnya aku selalu mengabaikan sapaan chat dari Jean karena aku tak mengerti bahasa apa yang ia gunakan. Sampai akhirnya karena dia sudah terlalu sering menyapaku, akupun membalasnya ; meminta dia untuk menggunakan Bahasa Inggris apabila dia ingin mengenalku. Yeah, kalau aku meminta dia menggunakan Bahasa Jepang kan konyol. Meski juga Bahasa Inggrisku masih kacau saat itu tapi setidaknya aku cukup paham apa yang ia gunakan.
Saat aku dan Jean chattingan , banyak hal yang menjadi topik pembicaraan kami. Tentang adat istiadat negara kami masing-masing, cerita mitos, urban legend dan sebagainya. Kami menjadi sangat akrab di tahun pertama kami saling kenal.
Menurut pandanganku, Jean orangnya mengasyikkan. Terkadang dia sering membuat lelucon yang sukses membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan pernah orangtuaku khawatir dengan keadaanku yang sering tertawa ketika berhadapan dengan layar laptop ataupun ponsel. Mereka pikir aku kurang waras saat itu.
Balik ke Jean.
Saat kami sudah saling mengenal dan sangat akrab, pada suatu hari Jean mengirimiku pesan chat berisi sesuatu yang amat membuatku bimbang.
Kurang lebih begini isinya.
'Sha, sejujurnya aku ingin mengatakan ini sejak kemarin. Aku ... menyukaimu'
Aku yang saat itu masih polos tentang cinta hanya membalasnya dengan ucapan terimakasih.
'Apa kau mengerti maksudku, Sha? Maksudku, aku mencintaimu sebagai seorang pria pada wanita.'
Saat itulah aku ingat, aku hampir melempar laptopku. Oh, ayolah pada saat itu aku baru memasuki sekolah tingkat pertama! Aku masih polos , tentu saja, sehingga tak dapat menangkap makna kata 'suka'seperti yang Jean kirimkan saat itu.
'Ah, maaf, tadi aku kurang dapat memahaminya. Jean, terimakasihdan aku minta maaf.'
'Apa maksudmu, Sha? Apa kau menolak pernyataan cintaku? Kau tak mau aku menjadi bagian dalam hidupmu, begitu kah?'
Aku ingat. Saat itu aku tak langsung membalasnya, aku malah offline dan tak begitu peduli apa yang Jean katakan di chat. Well, bocah 12 tahun mengerti apa tentang sebuah perasaan bernama cinta ? Lagipula aku heran kenapa Jean yang beda lima tahun dariku saat itu malah menyatakan perasaannya pada bocah ingusan sepertiku. Bukankah itu aneh? Dan oh ayolah dia bahkan hanya tau wajahku dari foto profil.
Aku kembali menscroll ke percakapan selanjutnya.
'Jean, kau tahu? Bagiku selama ini kau adalah kakakku. Aku tak bisa menganggapmu lebih dari itu. Aku masih kecil, Jean. Jadi lebih baik kita berteman saja seperti ini ya?'
Aku tertawa dalam hati saat membaca balasanku pada Jean kala itu. Kenapa aku seperti artis dewasa yang sedang memerankan drama cinta? Uh, memalukan!
'Jujur saja aku cukup sakit hati, Sha. Aku sangat nyaman denganmu setiap kami chattingan dan kupikir kau adalah gadis terbaik untukku. Aku tak memikirkan jarak sebagai pemisah kita karena aku mencintaimuapa adanya. Tapi tak ap. Lupakan. Aku mengerti perasaanmu. Mulai sekarang dan seterusnya kau adalah sahabatku, Shasa Braus! Kuharap suatu saat nanti kita dapat bertemu langsung.'
Entah mengapa saat membaca balasan Jean mendadak mataku memanas. Aku tak mengerti.Padahal dulu aku hanya tersenyum haru bukan menangis sesak seperti ini. Umm, apa aku baru memahami perasaan orang yang ditolak cintanya ya ? Ah Shasa bodoh!
'Sha? Kau masih ingat aku, kan?'
Jean mengirim pesan lagi! Astaga! Ia pasti mengira aku sombong karena tadi hanya membaca tanpa membalasnya. Bagaimana lagi, tadi aku malah keenakan menscroll ke percakapan lampau kami sih. Haha!
'Hallo, Kak Jean! Aku tidak melupakanmu kok! Bagaimana kabarmu?'
5 detik berlalu tak ada balasan. Ah apa Jean marah?
'Sha? Kau sehat?
Aku mengernyitkan kening. Kenapa Jean bertanya seperti itu? Oke, mungkin dia ingin tau kabarku karena, yah, sejak tahun kemarin kami jarang chattingan karena Jean tiba-tiba menghilang dari dunia maya.
***
Udah dulu ah capek ngetiknyaa :D
Namaku Sasha Braus. Seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang masih duduk di kelas tiga sekolah tingkat atas. Jika kau bertanya apa hobiku, maka jawabannya adalah hanya ada tiga yaitu makan, menjelajahi internet dan tidur. Dari apa yang kusebutkan tadi, pastilah kau mencapku sebagai gadis pemalas. Kan ? I don't care. Kau bahkan baru mengenalku, teman.
Sore ini rumahku begitu senyap. Ini dikarenakan kedua orangtuaku sedang tida ada di rumah. Mereka pergi menghadiri acara makan malam yang entah dimana karena ak,u tak ingin tahu.
Aku menghela nafas bosan, makan sudah, menonton televisi tak ada acara yang membuatku tertarik, tidur sudah kulakukan tadi. Maka jalan satu-satunya adalah menjelajahi internet!
Aku anak tunggal jadi pantas saja jika aku sering merasa kesepian apabila kedua orangtuaku sedang bepergian seperti ini. Dan yah ... aku bukan gadis yang hobi bermain bersama kawan di luar. Alasannya hanya satu; tak ada yang asyik.
Aku menscroll kursorku ke bawah; melihat berbagai postingan teman dunia mayaku; facebook. Tak ada yang menarik sejauh ini. Hanya berisi tentang status galau para remaja alay dan trend-trend yang tak kumengerti. Hah! Membosankan!
'Hello, Sha!'
Aku sedikit terkejut mendapat pesan chat dari seseorang. Seorang sahabat dunia maya yang telah lama kukenal.
''Jean Kirstein..." gumamku tanpa sadar. Ah, apa boleh aku sedikit bercerita sekarang?
Jean adalah sahabat terjauhku. Kami bersahabat sejak tahun 2011. Waktu itu aku ingat, tahun itulah pertama kali aku memiliki akun facebook sekaligus mengenal Jean.
Umur kami hanya beda lima tahun. Jika sekarang aku berumur 17 maka umur Jean 22 tahun. Terntu saja jika pertama aku mengenalnya umurku dapat dikatakan masih kecil, tidak seperti sekarang.
Jean merupakan warga negara Prancis sedangkan aku sendiri berada di Jepang meski darahku bukan asli Jepang. Awalnya aku selalu mengabaikan sapaan chat dari Jean karena aku tak mengerti bahasa apa yang ia gunakan. Sampai akhirnya karena dia sudah terlalu sering menyapaku, akupun membalasnya ; meminta dia untuk menggunakan Bahasa Inggris apabila dia ingin mengenalku. Yeah, kalau aku meminta dia menggunakan Bahasa Jepang kan konyol. Meski juga Bahasa Inggrisku masih kacau saat itu tapi setidaknya aku cukup paham apa yang ia gunakan.
Saat aku dan Jean chattingan , banyak hal yang menjadi topik pembicaraan kami. Tentang adat istiadat negara kami masing-masing, cerita mitos, urban legend dan sebagainya. Kami menjadi sangat akrab di tahun pertama kami saling kenal.
Menurut pandanganku, Jean orangnya mengasyikkan. Terkadang dia sering membuat lelucon yang sukses membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan pernah orangtuaku khawatir dengan keadaanku yang sering tertawa ketika berhadapan dengan layar laptop ataupun ponsel. Mereka pikir aku kurang waras saat itu.
Balik ke Jean.
Saat kami sudah saling mengenal dan sangat akrab, pada suatu hari Jean mengirimiku pesan chat berisi sesuatu yang amat membuatku bimbang.
Kurang lebih begini isinya.
'Sha, sejujurnya aku ingin mengatakan ini sejak kemarin. Aku ... menyukaimu'
Aku yang saat itu masih polos tentang cinta hanya membalasnya dengan ucapan terimakasih.
'Apa kau mengerti maksudku, Sha? Maksudku, aku mencintaimu sebagai seorang pria pada wanita.'
Saat itulah aku ingat, aku hampir melempar laptopku. Oh, ayolah pada saat itu aku baru memasuki sekolah tingkat pertama! Aku masih polos , tentu saja, sehingga tak dapat menangkap makna kata 'suka'seperti yang Jean kirimkan saat itu.
'Ah, maaf, tadi aku kurang dapat memahaminya. Jean, terimakasihdan aku minta maaf.'
'Apa maksudmu, Sha? Apa kau menolak pernyataan cintaku? Kau tak mau aku menjadi bagian dalam hidupmu, begitu kah?'
Aku ingat. Saat itu aku tak langsung membalasnya, aku malah offline dan tak begitu peduli apa yang Jean katakan di chat. Well, bocah 12 tahun mengerti apa tentang sebuah perasaan bernama cinta ? Lagipula aku heran kenapa Jean yang beda lima tahun dariku saat itu malah menyatakan perasaannya pada bocah ingusan sepertiku. Bukankah itu aneh? Dan oh ayolah dia bahkan hanya tau wajahku dari foto profil.
Aku kembali menscroll ke percakapan selanjutnya.
'Jean, kau tahu? Bagiku selama ini kau adalah kakakku. Aku tak bisa menganggapmu lebih dari itu. Aku masih kecil, Jean. Jadi lebih baik kita berteman saja seperti ini ya?'
Aku tertawa dalam hati saat membaca balasanku pada Jean kala itu. Kenapa aku seperti artis dewasa yang sedang memerankan drama cinta? Uh, memalukan!
'Jujur saja aku cukup sakit hati, Sha. Aku sangat nyaman denganmu setiap kami chattingan dan kupikir kau adalah gadis terbaik untukku. Aku tak memikirkan jarak sebagai pemisah kita karena aku mencintaimuapa adanya. Tapi tak ap. Lupakan. Aku mengerti perasaanmu. Mulai sekarang dan seterusnya kau adalah sahabatku, Shasa Braus! Kuharap suatu saat nanti kita dapat bertemu langsung.'
Entah mengapa saat membaca balasan Jean mendadak mataku memanas. Aku tak mengerti.Padahal dulu aku hanya tersenyum haru bukan menangis sesak seperti ini. Umm, apa aku baru memahami perasaan orang yang ditolak cintanya ya ? Ah Shasa bodoh!
'Sha? Kau masih ingat aku, kan?'
Jean mengirim pesan lagi! Astaga! Ia pasti mengira aku sombong karena tadi hanya membaca tanpa membalasnya. Bagaimana lagi, tadi aku malah keenakan menscroll ke percakapan lampau kami sih. Haha!
'Hallo, Kak Jean! Aku tidak melupakanmu kok! Bagaimana kabarmu?'
5 detik berlalu tak ada balasan. Ah apa Jean marah?
'Sha? Kau sehat?
Aku mengernyitkan kening. Kenapa Jean bertanya seperti itu? Oke, mungkin dia ingin tau kabarku karena, yah, sejak tahun kemarin kami jarang chattingan karena Jean tiba-tiba menghilang dari dunia maya.
***
Udah dulu ah capek ngetiknyaa :D
Komentar
Posting Komentar